Legenda Danau Maninjau Melekat di Bofet Bujang 9, Ini Penjelasan Edison

Edison Katik basa memakai kaos putih salempang merah, kedua dari sebelah kiri foto bersama Para wartawan didepan bofet bujang 9. (Foto: Zakirman/ LacakPos)

AGAM – LACAKPOS.CO.ID Praktisi pariwisata Provinsi Sumatera Barat dan juga pernah sebagai Anggota DPRD Kota Bukittinggi, Edison Katik Basa,SE,MBA mengemas pariwisata kuliner, sejarah danau Maninjau dipadukan menjadi satu di kampung halamannya Kularian Maninjau jalan Raya Maninjau-Lubuk basung Kabupaten Agam dengan membuat tempat istirahat sambil makan dan minum tradisional dengan nama “Bofet Bujang 9, ”ucapnya, kepada wartawan Selasa (4/2/2025) di tempat usahanya.

Terkait nama Bofet Bujang 9, dasarnya adalah bahwa Bujang 9 itu adalah sebuah legenda tentang kejadian sejarah peristiwa terjadinya danau Maninjau. Cerita Bujang 9 ini satu-satunya di dunia hanya ada di Tanjung Raya Maninjau dan tidak ada duanya di daerah lain.

Kenapa Bujang 9 ini dijadikan nama bofet tempat usaha, lanjut Edison Katik Basa, saya menjadi motivasi bahwa dengan memakai Bujang 9 sebagai tempat usaha ini, adalah agar orang semakin ingat dengan sejarah dan peristiwa terjadinya danau Maninjau dan mudah-mudahan menjadikan dan menambah daya minat orang untuk datang berkunjung ke danau Maninjau.

Dengan semakin banyaknya orang yang datang ke objek wisata danau Maninjau tentu munculah pemikiran dari tokoh-tokoh masyarakat termasuk Edison Katik Basa, bagaimana mengembalikan danau Maninjau ini sebagai destinasi utama di Provinsi Sumatera Barat, itulah motivasinya Edison Katik Basa memberikan nama “Bofet Bujang 9,” ungkapnya.

Lebih lanjut disampaikannya, Alhamdulilah dalam pergaulan cukup bagus, pengunjung yang datang di Bofet Bujang 9 disamping masyarakat sekitar danau Maninjau ini, juga sudah banyak pengunjung yang datang dari luar kawasan danau Maninjau, seperti dari Kota Bukittinggi, Kota Padang, Lubuk basung Kabupaten Agam, Kota Pariaman dan daerah lainnya.

Pengunjung datang sengaja untuk menikmati menu yang ada di Bofet Bujang 9 yang sangat lezat dan menarik dengan penamaannya, menu-menu yang ada adalah yang sifatnya tradisional dan juga termasuk menu-menu yang menjadi kesukaan pengunjung, seperti palai linuk, pensi, nasi tungku daun. Disamping itu kita juga mempersiapkan menu-menu yang memang kesukaan anak-anak muda jaman sekarang, seperti ayam geprek, ayam kremes, pecel ayam, semuanya ada dan juga dengan jenis ikan termasuk aneka minuman jus.

Dijelaskannya, untuk mengenal nama-nama nagari di Maninjau, maka nama menu makanan pun diberi nama Nasi Goreng Malintang, Soto Daging Kaciak, Mie Goreng Balok, Ayam Geprek Bayua, Ikan Bakar Galapuang, Ayam Taliwang Kudun, Ayam Katsu Kukuban, Aneka Snack Bayang, dan minumannya, Teh Talua Batang, Aneka Jus Sani.

Spesifik untuk ikan adalah ikan bakar yang berbeda rasanya dengan ikan bakar di tempat lain, Alhamdulillah ikan bakar dan ayam bakar dalam satu hari bisa menghabiskan sebanyak 5 ekor. Untuk minuman teh talua dalam satu malam menghabiskan sebanyak 2 lapiak paling kurang.

Harapan kedepannya, dengan saya membuka usaha ini, bisa berkembang dan memberikan dampak multiplier effect kepada masyarakat sekitar, artinya masyarakat juga terbantu, bahan-bahan yang dimasak di beli dari hasil warga masyarakat sekitar, begitu juga Sumber Daya Manusia (SDM).

Mudah-mudahan kedepan saya akan kembangkan usaha ini dengan menambah tempat di lantai 2, sehingga pengunjung sambil makan dan minum dapat melihat pemandangan (view) yang indah tampak danau Maninjau dan gunung.

“Fasilitas di Bofet Bujang 9 ada tiga ruangan dan bisa menampung sebanyak 100 orang, 60 orang dengan meja kursi dan 40 orang dengan meja lesehan, karena kita berada di kampung, masyarakat juga ingin bagurau dengan permainan koa di ruangan khusus, ” pungkas Edison Katik Basa.
(Zakirman)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *