BUKITTINGGI – LACAKPOS.CO.ID – Suasana hangat menyelimuti ruang pertemuan Hotel Dymens saat ratusan peserta dari berbagai instansi duduk berdampingan, menyimak serius pemaparan yang disampaikan Wakil Wali Kota Bukittinggi, Ibnu Asis. Pada (29/7/2025) dengan agenda mereka hari itu bukan sekadar rutinitas rapat, tetapi menyatukan langkah demi masa depan generasi yang lebih sehat dan berkualitas: menurunkan angka stunting.
“Bukittinggi punya semua potensi untuk menekan angka stunting. Yang kita butuhkan sekarang adalah tiga kunci: komitmen, kolaborasi, dan konsistensi,” ujar Ibnu Asis dalam pembukaan Rapat Koordinasi Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) yang digelar oleh Dinas P3APPKB Kota Bukittinggi.
Di hadapan peserta dari camat dan lurah hingga kader PKK dan PLKB, Ibnu Asis menyampaikan bahwa tantangan stunting di Bukittinggi telah menunjukkan penurunan. Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), prevalensi stunting tahun 2024 berada di angka 16,8 persen—turun dari 20,1 persen pada tahun sebelumnya. Namun, menurutnya, ini belum saatnya berpuas diri.
“Ini baru langkah awal. Kita harus terus mendorong inovasi di lapangan, berbagi pengalaman, dan mengatasi hambatan secara bersama,” tambahnya.
Tak hanya dari sisi pemerintah, peran perempuan dan keluarga juga mendapat sorotan penting. Ketua TP PKK Kota Bukittinggi, Yessi Endriani Ramlan Nurmatias, dalam paparannya menekankan pentingnya keterlibatan seluruh kader PKK dari tingkat kelurahan hingga kota. Ia menegaskan bahwa stunting bukan hanya isu kesehatan, tetapi juga tanggung jawab sosial.
“Edukasi harus sampai ke rumah-rumah. Mulai dari calon pengantin, ibu hamil, hingga remaja. Ini soal generasi masa depan,” kata Yessi yang juga merupakan Anggota DPRD Provinsi Sumatera Barat.
Ia menambahkan, dukungan regulasi seperti Undang-Undang dan Peraturan Presiden tentang percepatan penurunan stunting menjadi pijakan kuat bagi PKK untuk turun langsung ke masyarakat.
Semangat sinergi ini juga digaungkan oleh Kepala DP3APPKB Kota Bukittinggi, Nauli Handayani. Menurutnya, rakor ini bukan hanya menyamakan persepsi, tapi memperkuat jalinan kerja antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan para kader yang selama ini menjadi garda terdepan di lapangan.
“Intervensi berbasis data dan kebutuhan keluarga harus menjadi dasar. Kita ingin gerakan ini tepat sasaran dan berkelanjutan,” ujarnya.
Dengan semangat gotong royong yang telah menjadi budaya masyarakat Minang, para pemangku kepentingan di Bukittinggi optimistis bisa menurunkan angka stunting lebih jauh. Kolaborasi lintas sektor menjadi kekuatan utama, tidak hanya antara OPD, tapi juga melibatkan komunitas, keluarga, dan masyarakat luas.
Ibnu Asis menutup sambutannya dengan optimisme: “Kita ingin anak-anak Bukittinggi tumbuh sehat, kuat, cerdas, dan siap menyongsong masa depan Indonesia Emas.”
(*Zakirman)






