MANADO – LACAKPOS.CO.ID – Progaram pemerintah pusat Menteri Pendidikan dan kebudayaan (Mendikbud) yang menjadi prioritas untuk wilayah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (3T) dimanfatkan sangat baik oleh kepala sekolah pada umumnya.
Seperti pernyataan Kepala Sekolah SMA 1 Manado, Dra. Sherly kalangi MSi saat diwawancarai Lacakpos.co.id menyampaikan sekolah SMA negeri 1 Manado mempunyai 65 siswa/siswi penerima 3T yang terdiri dari kelas XII sebanyak 12 orang, kelas X 27 orang dan kelas 26 orang yang berasal dari Sangihe dan Talaud. Sherly Kalangi juga mengatakan, bantuan 3T yang diberikan pemerintah pusat sebesar Rp 1.900.000 per siswa setiap bulannya.
“Bantuan ini kami berikan kepada siswa/siswi penerima 3T bukan secara tunai, melainkan bantuan ini diperdayakan untuk mencukupi biaya-biaya seperti tempat tinggal (kost), pakaian, perlengkapan sekolah, kesehatan, biaya makan dan biaya transport setiap bulannya,” ucap kepala sekolah SMA 1 Manado Sherly Kalangi, Kamis (6/5/2021) di ruangan guru SMA N 1 Manado.
Lebih Serly Kalangi, sebenarnya kalau dihitung bantuan tersebut tidaklah cukup, untuk biaya perbulannya bagi setiap siswa tetapi dirinya berupaya untuk mencukupinya.
“Kalau dihitung-hitung sebenarnya tidak cukup, karena untuk biaya makan tiga kali dalam sehari, belum juga untuk biaya tempat tinggal, buku dan seragam. Tetapi kami terus berupaya untuk mencukupinya,” ujar Serly Kalangi.
Terkait dengan keluhan siswa biaya yang diberikan kepada setiap siswa 300 ribu, Sherly menyayangkan keluhan tersebut, karena menurut Sherly jika bantuan tersebut diberikan semuanya kepada siswa tentunya tidak akan cukup.
“Sedangkan untuk biaya kost saja 900 ribu perbulan, belum untuk biaya makan tiga kali dalam sehari. 300 ribu yang kami berikan itu untuk keperluan sehari-hari mereka diluar dari biaya makan, tempat tinggal, pakaian seragam, buku, dan transportasi saat mereka pulang kampung,” beber kepala sekolah.
Lebih lanjut Serly Kalangi juga menyampaikan, setiap siswa yang sudah habis kuota belajar, dirinya memberikan biaya kuota saat siswa/siswi menyampaikan kalau sudah tidak punya kouta untuk dipakai belajar secara Vicon.
“Saya memberikan biaya kouta kepada siswa yang sudah habis koutanya sebesar 200 ribu padahal biaya tersebut tidak masuk dalam bantuan 3T,” ungkapnya.
Selain itu juga disetiap pertengahan tahun, dirinya membuat program studi tour kepada siswa untuk mengenali daerah sekitar.
Yang paling penting dirinya terus memperhatikan akan kesehatan dari setiap siswa/siswi ini agar selalu terjaga.
“Setiap minggu saya mengumpulkan siswa/siswi ini untuk menanyakan kesehatan mereka, kekurangan apa saja, tapi mereka selalu menjawab tidak ada kekurangan,” tandas Sherly kalangi.(HardySangkoy)